Minggu, 07 Desember 2014

Ada apa dengan perempuan?



       Mungkin saja, ini hanyalah catatan-catatan kecil. Namun, catatan ini adalah fakta dan kebenaran tentang perempuan.
Selamat memaknai!



Ada apa dengan perempuan?

Astiwi Saf

Perjalanan para perempuan mencari jati diri di era kekinian sungguh sangatlah berat. Ke baratkah? Ketimurkah? Atau kembali ke fitrahnya sebagai perempuan yang suci dari segala kesucian. Saat ini, perempuan dalam keterpurukan, kesedihan, keternodaan, dan ketertindasan. mereka menangis, mengandung bayi yang tak tahu siapa ayahnya, mereka menjerit bekerja lembur dari pagi hingga malam demi menghidupi keluarganya, mereka meringkuk disiksa oleh majikannya sebagai tenaga kerja wanita yang lemah, mereka takut akan cengkraman pelecehan seksual, ataupun pemerkosaan yang terjadi dimana-mana, mereka menjadi gadis yang lupa diri, mereka menjadi model majalah yang tubuhnya dinikmati oleh kebiadaban lelaki, mereka kian ternoda sungguh perempuanku sedang pilu. Lalu, mereka berteriak, sampai kapan semua ini berakhir

-perempuanku kian mencari jawaban. Hingga waktu semakin berputar mengelilingi peradaban. Sampai akhirnya, datanglah idealisme barat menambah beban dan kesedihannya. Menawarkan feminisme dan kebebasan perempuan ala barat, kesetaraan gender, serta persamaan hak dan kewajiban. Mereka menolak setiap ajaran, budaya maupun agama yang dianggap mengekang kebebasan perempuan, termasuk Islam. Mereka, para perempaun yang mencari jalan keluar akhirnya menemukan jalan baru yang kian menodai hidupnya. Apa yang terjadi selanjutnya? Aku menangis melihat perempuanku, luka-luka yang dulu semakin mendalam dan menyayat jiwa para perempuan. Nilai kebebasan yang kian merekah itu telah berada dalam kemenangan. Lalu pada akhirnya hawa nafsu sebagai pemenang tertinggi. Laki-laki super yang khilaf dan tak bertuan itu, tertawa terbahak-bahak diatas jeritan perempuan. Pelecehan seksual, kekerasan dan pemerkosaan kian mencapai titik tertinggi dan semakin tinggi. Kini, Perempuanku kian menangis, stress, depresi, frustasi dan penyesalan menyelimuti hidupnya, hingga kemudian jati diri perempuanku yang sejati kian hilang dengan perlahan. Tekanan hidup berupa beban kehidupan yang begitu berat kini ditanggung sendiri tanpa seorang pun yang memberikan pertolongan. Feminisme dan kapitalisme telah berbudaya dan melahirkan budaya baru. Perempuan-perempuan yang dulu suci dijual dengan harga begitu murah, tubuh perempuan adalah produk murni dan syahwat laki-laki adalah pelanggan utama, perempuan-perempuan yang menawan dipaksa untuk mengumbar auratnya, mereka melepas pakaian suci yang diulurkan menutupi tubuhnya hingga kini digantikan dengan cabikan-cabikan kain yang pendek dan dipaksakan, celana diatas paha, baju berkain tipis, dan rok mini yang menari-nari diatas keanggunan perempuan kini diumbar, kapitalisme telah mengajarkan kita cara berpakaian yang hanya membawa kepada kerendahan yang paling rendah. Aku semakin menangis melihat perempuanku. Wahai dunia? Dimana lagi Aku harus mencari kehormatan perempuan, mereka telah melupakan segalanya. Wahai perempuanku! kini kita dihadapkan oleh perjuangan yang begitu berat, hidup dibawa naungan kapitalisme yang meraja lela dan mencekang. Peperangan terhadap batin telah dimulai saat ini. Perempuan yang kokoh! perempuan yang suci! Dimana kalian? Bangunlah dari tidur panjang dan kesedihan yang mendalam. Mari kita hapus kembali air mata yang begitu banyak mengucur. Selama dunia ini masih bernafas, selama air hujan masih membasahi bumi, selama mentari masih bisa bersinar, kita masih bisa memperbaiki semua ini. Lalu, kemanakah kita harus kembali untuk mencari jalan yang benar? Ikuti tulisan ini. Aku akan menunjukan jalan untukmu. 


         Perempuanku. Pernahkah kau mendengar kalimat ini Dunia dan seluruh isinya adalah perhiasan. Namun, hal yang paling indah ialah wanita yang salih Wahai perempuanku! Kita belum kehilangan segalanya, kita masih tetap  harus bersyukur karena kita belum kehilangan pikiran dan jiwa yang suci. Cobalah! Cobalah pikirkan makna dari kutipan itu. Perkataan dari seorang Nabi Muhammad kekasih Allah yang begitu mulia. dan sejauh-jauhnya kita tersesat kepada kebenaranlah kita akan kembali. Sedalam-dalamnya luka yang bersemayam kepada Tuhanlah kita harus kembali. 
        Perempuanku. Jangan berputus asa dari segala harapan. Kita bisa kehilangan, Tapi harapan tak boleh hilang dari kehidupan kita. Perkataan Nabi Muhammad yang bijaksana itu adalah sebuah jalan terang bagi kita.  Perempuan adalah perhiasan terindah didunia ini Betapa bahagianya kita mendengar itu? namun, perempuan yang dimaksudkan adalah perempuan salih, dialah wanita yang berjalan diatas jalan agama kebenaran, yang mendengar dan menaati perinta tuhan,  yang tersenyum diatas segala duri kehidupan, yang berkekuatan, yang tegar dan yang menjaga kesuciannya. Lalu, pertanyaan yang mungkin bergelora adalah "Agama apa yang mesti kita lalui untuk menemukan sinar terang yang telah lama hilang?". Perempuanku, salah satu jalan untuk kembali adalah Agama Islam. Agama yang menghargai perempuan diatas segala penghargaan. Islam yang menghargai perempuan bukan hanya dari fisiknya tetapi  jauh dari itu, Islam sungguh menghargai perempuan dari kecerdasan, pemikiran, keterampilan dan ketakwaannya. Islam telah menjadikan perempuan mulia karena peranannya sebagai hamba Allah. Perempuanku, mari kita kembali kejalan yang terang diatas segala benderang. Mari kita berlari lebih jauh kepada hamparan keislaman dan agama kebenaran yang mendalam. Mari kita bangkit dari segala keterpurukan. Mari kita berpegang tangan, menggenggam dunia, meraih prestasi setinggi langit, menginspirasi semua orang, dan mengulurkan tangan bagi para perempuan-perempuan yang masih dalam tangisan panjang.
Hari ini, diantara bintang gemintang yang berkerlap-kerlip dla kegelapan. Mari menyambut datangnya mentari yang terang. Mari memulai perjuangan baru.

Lets present to the world the true beautiful side of woman, lets convert to Islam, lets learn about Islam, and how to be a good woman. 

Mari kita sambut!! Inilah perempuanku yang suci dari segala kesucian.

2 komentar

kenapa tidak bikin buku saja ? ;)

hhhehe,makasih dukungannya kk hendra :)
saya harus masih banyak belajar untuk memaknai segalanya. melahirkan sebuah buku harus dilandasi dengan ilmu dan pemaknaan yang sempurna. agar para pembaca nantinya tidak hanya sekedar membaca, tapidapat memetik banyak makna dari tulisan itu sendiri.